t h i s i s c a l l e d m i n e

Bhineka Tunggal Ika, masihkah ada?

Add caption
Berita mengenai perang antar suku yang beberapa minggu yang lalu sibuk dibicarakan diberbagai media mengulik saya untuk menulis hal ini.
Kenapa terjadi perang? Apakah karena dianggap dan menganggap musuh? Apa arti musuh? Mengapa musuh tercipta? Jika dilihat dala kamus bahasa Indonesia, musuh memiliki sinonim lawan (bertengkar, berperang, berjudi,bertanding) ada juga yang mengartikan musuh adalah pihak yang hendak menjatuhkan atau menghancurkan pihak yang lain.

Baiklah, diberita heboh pembantaian seorang yang besuku X oleh suku Y, kemudian beramai-ramai orang suku Y membalas pembantaian tersebut dengan tindakan yang lebih membabi buta kepada orang-orang disekitar suku X. dengan contoh yang lebih sederhanapun bisa kita lihat hal yang sama namun tak serupa, lihat saja pertengkaran antar-saudara. Yang saya maksud disini, mereka yang telah berkeluarga, telah memiliki kedewasaan harusnya saya kira. Apa sih penyebab segala bentuk pertengkaran ini? Bisa saja hal ini hanya dimulai karena masalah kecil, yang kemudian tidak dikomunikasikan secara baik, menyebabkan misinterpretasi, emosi tidak terkontrol, meledak, dan terjadilah perang. Ya, komunikasi memang memegang peranan penting disini, tapi masih banyak yang tidak sadar, ketika terjadi perselisihan langsung saja membabatnya dari segi emosional. Ketika ada berita perselisihan antar Indonesia & Malaysia, langsung saja mengumpat-umpat, tanpa berusaha mencari kebenaran yang terjadi, pemerintah Indonesia dianggap tidak becus, tidak tegas, letoy,loyo. Pikiran ingin perang melawan Malaysia pun dengan semangat dikobarkan.

Yang terpikir bagi saya? Sudahkan anda becus, tegas, tidak letoy dan loyo terhadap diri anda sendiri?  Bagaimana bisa untuk membela sesuatu yang lebih besar, namun hal kecilpun dilupakan. Bagaimana bisa ingin mempertahankan tanah air, jika dengan saudaranya saja masih sering terjadi perselisihan yang tidak jarang berujung dengan putusnya tali persaudaraan? Lihat, betapa malangnya. Tidak saya pungkiri, sayapun sering cekcok dengan saudara saya, dengan teman saya, bahkan terkadang ekstrim dengan orang tua. Lagi-lagi berkaca pada diri, sepertinya kaca diri tidak ada bandingannya dengan yang lainnya. Pagi tadi saya emdapat sebuah berita, menyedihkan sekali, seorang adik memutuskan tali persaudaraan dengan kakaknya hanya karena sebuah pesan singkat. Si adik marah-marah datang kepada kakaknya, mencaci, memaki, dan mengatakan kalau dia bukan kakaknya dan kita putus hubungan.  Miris, itu yang dapat saya tangkap. Lagi-lagi karena perbedaan persepsi manusia, upaya berpikir, berbicara, berunding secara damai pun sulit untuk dilakukan, alasannya, kesabaran sudah habis. Sabar itu tidak berbatas, menurut saya. Dari beberapa kasus diatas, saya ingin menulis masihkah ada BHINEKA TUNGGAL IKA?
Saya rasa tidak ada di kebanyakan jiwa manusia sekarang, semoga kita tidak menjadi manusia yang beberapa lainnya. Apakah Lupa dengan pelajaran PPKN semasa SD? Walaupun Indonesia adalah Negara majemuk, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Landasannya: Pancasila.
Bagaimana kita bisa berBHINEKA TUNGGAL IKA? Tentulah dengan adanya rasa kasih mengasihi, dan menyayangi antar manusia.  Kalau begitu di kebanyakan orang rasa kasih mengsihi dan menyayangi telah hilang? Bisa jadi, atau bisa jadi tertutupi oleh emosi jiwa yang tidak dibarengi dengan pikiran yang rasional, sehingga terkubur dalam-dalam
Tapi, dimana ada niat disitu ada jalan. Jika mau berubah menjadi insan yang jauh lebih baik dengan niat yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin.


terkadang saya berpikir, anak-anak saja jauh lebih baik, betengkar, kemudian dalam hitungan jam mereka sudah bermain bersama lagi

Bentuk terakhir dari kasih sayang adalah memaafkan –mario teguh-
Salam hangat :D,

0 comments:

Post a Comment

Image Hosted by ImageShack.us